oleh: Prof. Afif Muhammad
http://emily-esmeralda.blogspot.com |
Memulai kuliahnya, Profesor melepas kacamatanya, dan sambil mengusap-usapnya denan penuh kasihsayang, berkata, “Kacamata saya ini sudah mengbdi kepada saya semenjak kalian belum lahir”.
Beberapa orang mahasiswa tampak tersenyum, karena mereka tahu bahwa sebentar lagi mereka akan memperoleh pelajaran-pelajaran sangat berharga.
“Kemana pun saya pergi, kacamata ini tidak pernah ketinggalan: ke UK, Kuala Lumpur, Singapore, Mekah, Mesir, Palestina, saya tidak pernah lupa membawanya. Mengapa?” katanya melanjutkan pembukaan kuliahnya.
Para mahasiswa tampak ragu menjawabnya. Tetapi, tiba-tiba seorang mahasiswi nekad menjawab, “Karena kacamata itu sangat penting bagi Prof”.
“Ya, tepat sekali!” kata Profesor dengan wajah berbinar. “Sesuatu yang kita anggap penting akan selalu kita ingat di mana pun kita berada,” tambahnya.
Kemudian, sambil meraba saku samping pantalonnya, sang profesor berkata, “dan hari ini dompet saya ketinggalan… Mengapa?”
“Karena dompet itu tidak penting”, sergah beberapa mahasiswa.
“Yaps!, kenapa tidak penting?” balas profesor.
Para mahasiswanya terdiam sambil menahan tawa [karena sesungguhnya mereka tahu jawabannya, cuma tidak mau mengucapkannya].
“Karena gak ada isinya…!” kata profesor, dan tawa yang tadi tertahan, kini meledak. Benar-benar kelas yang ceria.
“Karena itu, jika kalian ingin ilmu kalian melekat kuat di pikiran dan hati kalian, anggaplah semua ilmu yang kalian pelajari di sini sebagai sesuatu yang penting bagi hidup kalian…”
Dan, kuliah filsafat pun dimulai…..
0 komentar:
Posting Komentar